Kehilangan
Di kebunan lapang ini,
Adanya aku dan kalian,
Aku yang menanam benih,
Kalian yang menjaga pepohonnya,
Lalu tumbuh rimbun di rimba
perjuangan,
Buahnya lebat berupa sebuah
persahabatan.
Tatkala kedinginan rimba itu menggigit
tulangku,
Tatkala angin subuh menghembus seberkas
kegusaran,
Tatkala itulah jua kalian bertandang
ke dangauku,
Menyelimuti diri ini dengan sehelai
ketenangan,
Begitulah jua lakuku di hari-hari
kita.
Masih ingatkah kalian?
Di kala senyum mentari di kaki
langit,
Aku engkau dan kita bertujuh,
Mengukir senyuman di balik jernihan
anak sungai,
Mewarnai lukisan masa depan di
pinggiran tebing,
Sambil ditemani lambaian dedaun
hijau,
Menyanyikan lagu persahabatan,
Lalu hujan turun,
Kita berasak di sebuah pondok kecil,
Bercerita tentang impian.
Begitulah kronologi dalam novel
hidup kita,
Kadangkalanya langit di angkasaraya
tidak kelihatan cerah,
Kadangkalanya malam purnama tidak
dihiasi cahaya bintang,
Kita masih bersama,
Masih leka bermain di jernihan air,
Sekalipun airnya dari lautan biru
membuas,
Bahtera ini teguh belayar.
Tetapi tidak di ketika ini,
Kita hilang dan Tenggelam dalam sebuah
perjuangan,
Terpisah dan lemas dalam arus dunia,
Arus itu deras bagi kita bermain,
Tidak seperti aliran sungai di masa
lampau,
Sudah kurasakan langit ini tidak
lagi cerah,
Sudah kusedari lagu persahabatan
tidak lagi berkumandang.
Hari ini,
Aku masih menjejaki detik-detik
cemas itu,
Detik di mana kita hanyut ditelan
arus zaman,
Aku pasti kalian jua begitu,
Pepohon yang kita pelihara dahulu masih
rendang,
Masih menanti tetamu bermain di
bawahnya,
Jernihan anak sungai masih lagi
riang,
Masih mengalirkan sebuah kedamaian,
Untuk kita,
Untuk persembahkan kembali hasil
lukisan di masa lalu.
Demikianlah terbitan sajak Mat
Santun dalam segmen Karya oh Karya. Diharapkan anda terhibur dan gembira
menghayatinya.
Seindah Bahasa, Sesantun bicara,
Semurni pekerti